Minggu, 19 Februari 2012

JEMBATAN AMBRUK DI CIAMPEA,BOGOR

Senin, 20 Februari 2012 



 
BOGOR-Beberapa pekan yang lalu kita sudah mengetahui bahwa ada jembatan yang amat luas dan panjang ambruk yaitu di daerah kertanegara , namun kejadian itu kini terjadi lagi.
Tepatnya terjadi di daerah bogor.
Terjadi saat beberapa anak dan warga sekitar menjembati jembatan tersebut untuk pergi menghadiri acara MAULID NABI namun berujung maut..

Jembatan Gantung Cikuda dari anyaman bambu di Sungai Cihideung yang menghubungkan antara Kp. Pabuarankaum, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea dengan Kp. Babakan, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, ambruk saat dilintasi 23 warga. Akibatnya, sedikitnya 16 orang hanyut, 1 diantaranya tewas dan 8 lainnya selamat. Hingga berita ini diturunkan, 7 orang diantara yang hanyut masih dicari oleh Tim Gabungan dari Tagana, Tim Reaksi Cepat (TRC), Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) Kabupaten Bogor, Basarnas dengan dibantu ratusan warga sekitar.

Peristiwa terjadi sekitar pukul 09:45. Saat itu, arus Sungai Cihideung sangat kencang karena mendapat kiriman air hujan dari Bendungan Katulampa. Disaat gerimis turun, rombongan jemaat Maulid Nabi Muhammad SAW dari Desa Cibanteng yang berjumlah sekitar 25 orang secara beriringan pulang dari hajat di Kampung Babakan, RW07, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga atau tepatnya bersebelahan dengan Komplek Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Kondisi jembatan yang terbilang tua diperparah dengan banyaknya beban muatan membuat anyaman bambu goyang dan riot.

Seketika, tali temali pengikat anyamanpun roboh hingga membuat jembatan selebar satu meter sepanjang 25 meter itupun ambruk. Panik dan histeris, jemaat yang mayoritas adalah siswa-siswi SD itupun langsung berlarian diatas tatakan jembatan. Nahas, usaha itupun gagal hingga membuat mereka terjatuh dari ketinggian sekitar 4 meter. Arus sungai yang deras membuat badan mereka terserat.

Beberapa jemaat yang masih nangkring di pinggiran jembatan akhirnya berhasil menyelematkan diri dan berusaha menyelematkan jemaat lainnya. Teriakan jemaat di lokasi kejadian membuat warga sekitar panik dan penasaran. Tak lama berselang, puluhan warga sekitarpun langsung berlarian menuju lokasi. Warga sekitar yang berdatangan ke lokasi langsung terjun ke sungai untuk mencari korban hanyut. Sangat disayangkan, arus sungai yang deras membuat warga keteteran mencari jasad mereka. Tak mau ambil resiko, warga langsung menghubungi aparat wilayah setempat.

Tak lama berselang, Tagana, TRC dan BPBD Kabupaten Bogor langsung menyebar tim hingga Jembatan Rancabungur. Tidak kurang dari jarak dua kilometer dari lokasi, tepatnya di titik Kp. Gunung Leutik, Desa Cibanteng, tim berhasil menemukan jasad seorang jemaat yang diketahui bernama Ummamah(55), warga RT01/RW03. Saat ditemukan pertama kali, korban sudah dalam kondisi tak bernyawa memakai daster warna kuning dan bagian muka sudah pucat pasi. Setelah dievakuasi, jenazah korban kemudian dilarikan ke RSUD Leuwiliang untuk diotopsi.

Data yang dihimpun di lapangan, beberapa korban selamat menuturkan musibah tersebut baru pertama kali terjadi. Kondisi jembatan yang terbilang sudah tua dan diperparah dengan kapasitas muatan yang terbilang minim membuat jembatan ambruk. “Awalnya saya datang ke acara maulid di dekat Kampus IPB. Nah, waktu pulang itu jembatan ambruk. Waktu itu saya udah berhasil nyebrang,” ungkap salah satu korban selamat, Faisal Bahri(9) kepada Radar Bogor (group JPNN), kemarin.

Beberapa korban selamat lainnya langsung dilarikan ke rumah Ketua RT setempat. Mereka mengaku sebelum jembatan ambruk, kayu dan anyaman bambu sempat patah dan berbunyi. Keanehan itupun tak digubris jemaat lantaran mereka sudah dalam posisi tanggung yakni ditengah dan dipinggir jembatan. “Waktu itu saya sempat denger ada suara kayu patah. Eh beneran, waktu saya udah mau sampai nyebrang jembatan ambruk. Alhamdulilah saya pegangan kayu dan langsung naik lagi,” ungkap Abdul Fatah(56) saat ditemui di Posko, kemarin.

Dia menceritakan dirinya saat itu hendak pulang dari rumah saudaranya memeras sapi di Desa Babakan, Kawasan Komplek Kampus IPB. “Saya waktu kejadian sempat narik korban lainnya yakni Bu Ana dan anaknya. Dan waktu itu saya juga sempat megang bambu jembatan untuk pijakan,” tuturnya.

Sementara itu, data lain menyebutkan kondisi jembatan memang terbilang usur. Hampir setiap tahunnya, renovasi dilakukan untuk memfasilitasi warga Kp. Cibanteng yang akan bepergian ke Kp. Dramaga. Mahdi, ketua RT setempat, mengatakan, jembatan yang tersusun dari anyaman bambu dan kayu itu sudah usang dan lapuk termakan waktu. Tak kurang dari setahun yang lalu, jembatan gantung tersebut direnovasi untuk perbaikan darurat. "Jembatan ini dibuat oleh swadaya masyarakat. Namanya juga jembatan seadanya dan satu-satunya. Kalaupun naik angkot mah mahal kang, kalaupun jalan juga jauh. Ya, warga terpaksa lewat jembatan itu,” ulasnya.

Pencarian jasad para korbanpun sempat mengalami kesulitan. Arus sungai yang deras ditambah dengan medan yang terjal membuat tim kebingungan. Kondisi diperparah dengan kondisi dasar sungai yang berlumpur, situasi inipun semakin mempersulit pencarian. Hingga pukul 17:00, atau pencarian selama kurang tujuh jam, personil tim gabungan yang tersebar hingga perbatasan Ciseeng dengan Rumpin belum juga menemukan jasad korban lainnya. “Hingga sore ini, korban yang berhasil kami temukan baru satu orang. Tujuh orang yang dipastikan hilang hingga kini masih dalam pencarian. Sementara personil akan kita sebar hingga perbatasan Tangerang dengan menyisir Sungai Cosadane,” terang Kasi Logistik BPBD Kabupaten Bogor Budi Aksomo kepada Radar Bogor, kemarin.

Budi juga menegaskan, hingga pukul 20:00, pencarian terpaksa dihentikan sementara dengan mendirikan beberapa posko dibeberapa titik. Hal ini tak lain disebabkan lantaran kondisi medan yang sulit untuk disisir. Kendati demikian, pihaknya akan mengoptimalkan seluruh tim untuk melakukan pencarian keesokan harinya. “Kita terjunkan semuanya, mulai dari Tagana, BPBD, Polres Bogor, TRC dan dibantu Basarnas. Mudah-mudahan besok (hari ini, red) personil bisa menemukan semua korban yang hanyut,” tandasnya.

Musibah inipun juga menyeret pejabat di Pemkab Bogor untuk terjun meninjau lokasi. Sekitar pukul 16:00, Bupati Bogor Rahmad Yasin bersama dengan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor Ade Ruhandi juga terjun untuk menurunkan bantuan berupa sembako bagi para korban dan keluarga korban. “Tentunya kami turut berduka atas insiden ini. Bantuan sembako ini kami turunkan untuk meringankan beban korban,” ungkap Bupati Kabupaten Bogor Rahmad Yasin kepada wartawan di posko bencana, kemarin.

Mengenai tindaklanjut musibah ini, pihaknya akan segera menutup sementara jembatan penghubung tersebut. “Kalau melihat kondisinya, jelas ini sudah tidaklayak disebut jembatan. Jelas kita akan segera sikapi untuk membangun jembatan baru yang lebih layak tentunya dengan kajian dinas terkait,” tegasnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar